Menjadi pengusaha adalah salah satu cara yang terhormat untuk menjadi merdeka secara finansial. Dewasa ini sudah mulai banyak generasi muda yang terfikir untuk menjadi pengusaha. Ada lima mitos yang salah mengenai pengusaha. Sehingga keinginan untuk memulai usaha agar menjadi mandiri tidak juga segera terlaksana. Mitos inilah yang harus kita hindari dari kehidupan seorang yang ingin mendirikan kerajaan usahanya, menggapai kebebasan finansialnya. Inilah kelima mitos tersebut;
1. Harus dari Keluarga Pengusaha
Belajar bisnis dari kecil memang lebih efektif. Lingkungan bisnis akan mewarnai pola pikir dan pola hidup seseorang. Tetapi syarat menjadi pengusaha harus dari keturunan pengusaha adalah mitos yang sangat menyesatkan, karena jaman sekarang tidak sesulit jaman dahulu. Untuk bisa belajar berbisnis, tidak lagi harus kepada orang tua. Saat ini banyak sekali pintu untuk bisa belajar bisnis. Mulai dari multi level marketing, seminar dan kursus bisnis, kolom-kolom bisnis di media massa, buku-buku bisnis dan bagi yang suka internet, ada berjuta guru on-line disana. Untuk menjadi brillian dalam berbisnis tidak harus muncul dari kepala kita sendiri. Banyak orang yang senang membicarakan konsep bisnisnya, yang kita perlukan hanya menangkapnya, mengolah dan melaksanakannya sesegera mungkin. Aturan yang berlaku dalam menjawab mitos ini adalah gunakan pikiran orang lain. Pikiran orang yang lebih mengetahui tentang usaha atau bisnis.
2. Membutuhkan modal besar
Modal memang penting, tetapi tidak semua usaha/bisnis itu memerlukan modal material yang besar untuk bisa memulainya. Menurut pengamatan Cahyo Pramono, ternyata modal yang penting bukanlah material, tetapi kecakapan kewirausahaan. Modal yang besar seyogyanya diberikan kepada mereka yang sudah lulus sekolah bisnis. Sekolah bisnis yang dimaksudnya adalah mereka-mereka yang sudah mempraktekkan bisnis sekian lama sehinga mengalami pasang surutnya bisnis dan memahami karakter dan jiwa bisnis itu sendiri. Cara kerja bisnis sebesar apa pun pada prinsipnya sama saja. Jadi lebih baik belajar berbisnis dengan memulainya pada skala kecil terlebih dahulu. Tentu untuk awal tidak memerlukan modal besar. Contoh sederhana adalah menjadi agen tiket tontonan/pertunjukkan. Anda hanya memerlukan alamat yang akan dipromosikan oleh penyelenggara pertunjukkan. Anda menjual tiketnya dan Anda mendapat keuntungannya. Aturan penting dalam poin ini adalah gunakan uang orang lain untuk bisnis kita. Dengan cara meminjam uang dari teman, pemilik modal, investasi dan pinjam uang di bank.
3. Membutuhkan keahlian tinggi
Memang benar dalam bisnis kita harus memiliki keahlian. Tetapi menjadi pengusaha titipan sepeda motor sepertinya sangat sederhana. Catat nomor plat sepeda motor, simpan dan terima uang. Menjual bunga juga tidak harus menjadi sarjana pertanian. Menjual Mie goreng tidak juga perlu tahu bagaimana cara membuat mie-nya. Menurut Cahyo Pramono, orang yang terlalu ahli, biasanya malah kurang sukses pada saat berbisnis, karena akan banyak pertimbangan serta menghendaki kesempurnaan saat memulai bisnisnya. Sementara sudah jelas, kesempurnaan bisa tercapai dengan melalui proses dan dikerjakan secara bertahap. Disisi lain adalah salah besar memulai bisnis dengan keahlian, yang sangat penting adalah mulailah dengan memperhatikan kebutuhan pasar. Apalah artinya keahlian yang tinggi jika keahlian itu tidak diperlukan oleh pasar. Tidak semuanya harus dikerjakan sendiri, aturan dalam hal ini adalah gunakan tenaga orang lain yang ahli dalam bidang bisnis yang akan kita geluti.
4. Besar Resikonya
Konsekuensi logis adalah sesuatu yang natural. Jika Anda makan pasti akan jadi kenyang. Jika anda ngantuk pasti harus tidur. Kita tidak bisa memilih yang enaknya saja. Tetapi kita bisa waspada atas konsekuensi logis dari segala tindakan kita. Masalah besar dan tidaknya resiko, itu tergantung seberapa besar keuntungan yang ingin kita dapatkan. Coba bayangkan. Apalah resiko menjual sesuatu yang bersifat kongsinasi? Apalah resiko menjadi penyalur guru les? Jangan terjebak dalam bayang-bayang resiko sehingga Anda tidak juga segera bergerak untuk memulainya. (banyak orang yang tidak segera berbisnis hanya karena ketakutan akan resikonya). Segeralah mulai resiko/konsekuensi logis harusnya membuat kita waspada, bukan menghentikan langkah dan menyerah. Aturan penting yang berlaku untuk menghadapi mitos ini adalah keyakinan bahwa semakin besar resiko, semakin besar juga peluang yang kita dapat. Ingat, nelayan yang handal bukan terlahir dari laut yang tenang. Nelayan yang handal lahir dari laut yang bergejolak dan berombak ganas. Bertindak dan bergeraklah kamu akan menuai hasilnya!
5. Rakus dan Jahat
Saya pikir pengusaha itu bukan perampok atau pembunuh. Pengusaha adalah orang yang memiliki keteguhan hati untuk mendapatkan keuntungan sebaik-baiknya dengan kewaspadaan yang tinggi serta berupaya optimal untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi. Memang banyak orang menganggap pengusaha sebagai orang yang rakus, pelit dan jahat demi mendapatkan keuntungan yang semaksimal mungkin. Jika Anda yang menjadi pengusaha dan sudah menginvestasikan uang Anda, tentu Anda akan sayang dengan uang Anda, aset dan masa depan Anda, ini tentu akan meningkatkan kewaspadaan Anda. Jika ada pengusaha yang berbisnis obat terlarang, menyelundup dan memberikan upah dibawah minimal, itu jelas bukan mengusaha, tetapi penjahat yang berkedok jadi pengusaha. Pengusaha adalah yang berbuat untuk kebaikan orang lain, berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain. Bagaimanapun juga pengusaha juga manusia biasa. Ada sisi baiknya dan ada isi buruknya. Tetapi menjadi seorang pengusaha adalah salah satu jalan yang terhormat untuk menciptakan kesejahteraan finansial serta sebagai bagian yang mendasar untuk mengantarkan diri kita mejadi manusia paripurna. Solusi untuk masalah ini adalah tanamkanlah sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain dan hidup butuh proses dan perjuangan tanpa henti, tidak didapatkan secara instant tanpa memikirkan kebaikan orang lain atau merugikan orang lain.
HIKMAH
Dari penjelasan diatas bisa kita ambil kesimpulan bahwa kita harus menghindari 5 mitos atau anggapan yang salah, diantaranya adalah harus dari keluarga pengusaha; untuk menghindari anggapan yang salah dalam bidang ini adalah gunakan pikiran orang lain untuk mengembangkan usaha, membutuhkan modal besar; untuk menghindari anggapan yang salah atau mitos ini adalah dengan meminjam modal kepada orang lain atau bekerjasama kepada orang yang mempunyai modal, membutuhkan keahlian tinggi; untuk menghindari mitos ini adalah gunakan keahlian orang lain untuk bekerja pada usaha kita, besar resikonya dalam bisnis memang ada resiko yang besar tetapi dibalik besarnya resiko terdapat peluang atau keuntungan yang besar sehingga kita tidak usah khawatir dengan resiko yang ada, rakus dan jahat untuk menghindari anggapan yang salah yaitu mendapatkan keuntungan besar dengan bekerja mudah adalah bahwa pekerjaan ini adalah pekerjaan yang merusak banyak orang dan hanya akan merugikan diri sendiri dan juga orang lain dan bahwasanya hidup ini butuh proses dan kerja keras serta perjuangan yang tangguh.